Login

Register

Login

Register

PROPER-TI, Panggung Penuh Pernak-pernik Menyenangkan dari Levi Ofsanusi

Blog - October 25, 2023

Komedi properti bukan barang baru di dunia komedi Indonesia. Opera Van Java mempopulerkan penggunaan properti berbahan gabus yang dimanfaatkan untuk mencipta momen-momen slapstick yang mengocok perut. Permainan plesetan benda juga sudah sering dipraktikkan di banyak acara. Kendati demikian, sepertinya belum banyak komedian yang menggunakan properti sebagai branding dirinya. Di antara yang masih sedikit itu, Levi Ofsanusi muncul ke permukaan.

Baru-baru ini Levi menggelar pertunjukan spesialnya yang bertajuk PROPER-TI. Judul yang bisa memiliki dua makna. Entah merujuk pada penggunaan properti di sepanjang show atau menunjukkan bahwa Levi adalah praktisi TI yang proper. Keduanya terbukti sahih jika melihat dari bagaimana aksi Levi sepanjang acara.

PROPER-TI digelar di Markas Comika pada 23 Juli 2023. Sebagaimana banyak pertunjukan lain yang digelar di sana, suasana intim terbangun amat erat. Hangat. Terlebih rombongan Standupindo Karawang, komunitas asal Levi, juga turut hadir di lokasi untuk memberi suntikan moral pada abang-abangannya. Kurang lebih sama fungsinya dengan kehadiran keluarga di momen lamaran, bedanya yang ini nggak sambil bawa roti buaya.

Oh iya, ada yang berbeda dari setting panggung malam itu. Sebuah tirai hitam membentang dengan posisi yang cukup maju di lebih dari setengah panggung. Menyisakan ruang kosong di lidah panggung yang berbentuk lengkungan setengah lingkaran. Ruang kosong itu yang nantinya dipijak oleh dua opener, yang sempat merasa canggung karena berdiri sangat dekat dengan penonton.

Levi menggandeng dua talenta Standupindo Karawang sebagai komika pembuka, yakni Ipul Parker dan Apep Dodo.

Ipul Parker mendapatkan kesempatan pertama untuk tampil malam itu. Jika ditilik dari nama belakangnya, tentu sudah bisa diketahui kan apa profesi dari Ipul? Tukang antar Pizza? Salah. Fotografer lepas di koran The Daily Bugle? Kurang tepat. Spider-Man? Bukan. Profesi dari Ipul Parker adalah tukang parkir.

Dari namanya saja sudah menjebak, begitu pula bit-bit yang ia bawakan. Ipul menceritakan ragam peristiwa yang biasa ia hadapi kala sedang dinas. Perilaku aneh para customer jelas tak luput ia singgung. Tak kalah membekas adalah cerita reaksi keluarga Ipul terhadap profesi yang digelutinya. Pengalaman bertemu cewek Tinder asal Tempuran-Karawang menutup penampilan Ipul yang jenaka.

Selanjutnya ada Apep Dodo, komika yang sudah sempat tampil di Markas Comika saat terjun di penyisihan opener Komoidoumenoi regional Jabodetabek. Sejatinya, Apep masih membawakan materi yang sama dengan saat terakhir kali ia tampil di Markas. Solidnya materi tersebut tak perlu dimungkiri, sebab penulis pun merasa bahwa set tersebut masih sangat lucu.

Apep menceritakan sudut pandangnya sebagai seorang suami yang masih tinggal menumpang di rumah mertua. Keresahan umum yang pasti relate untuk banyak orang. Latar belakang sang mertua yang merupakan seorang pemuka agama menimbulkan lebih banyak lagi momen komedik di kehidupan Apep bersama istrinya. Seolah tak cukup, Apep menambah biang kelucuan dalam keluarganya dengan kehadiran buah hati, yang disebut lucunya cuma waktu bayi saja.

Dua orang komika pembuka usai tampil menghangatkan suasana. Tiba giliran Levi sebagai pemilik acara untuk naik ke atas panggung. Namun sebelumnya, ada sedikit cameo dari Falah Akbar yang bertugas sebagai voice over sekaligus memanggil Levi.

Levi masuk ke dalam ruangan dalam setelan jas dan celana hitam, serta kemeja putih yang serasi. Bukan Levi namanya kalau tampil lurus-lurus saja, sebab ia menambahkan aksesoris berupa plastik bubble wrap yang dipakai seperti jas hujan. Earset microphone melekat di pipi kanan Levi, membuat dirinya bak salah satu peserta AFI saat hendak menyanyikan lagu Menuju Puncak.

Seiring langkah Levi mendekati panggung, tirai penutup pun dibuka, menunjukkan keberadaan layar monitor dan satu kardus misterius. Sebuah statement atas judul yang tersemat pada show tersebut.

Alasan di balik pemakaian bubble wrap jadi bit pertama yang dilontarkan oleh Levi. Hasilnya, penonton langsung pecah dibuatnya.

Selanjutnya penulis menggolongkan penampilan Levi dalam empat kategori humor. Kategori pertama adalah humor verbal, di mana Levi tampil tanpa bantuan alat apapun sebagaimana komika normal saat sedang tampil. Tentu saja, kenormalan ini wajib disesuaikan dengan frekuensi Levi yang terasa seperti berasal dari luar planet. Permainan kata-kata jadi senjata utama Levi di tiap bit yang ia lontarkan, kadang membuat keheningan sesaat karena penonton masih mencerna ‘apa sih maksudnya mamang-mamang brewok ini?’, sebelum akhirnya tertawa saat otak sudah tersambung.

Cerita tentang ibu yang kerja di Kementrian Luar Negeri, keanehan teman-teman, dan hubungan akrabnya dengan Pandji adalah segelintir bit verbal dari Levi. Ia bahkan sempat menyisipkan sejumlah pesan-pesan politis yang ia beri label sebagai ‘Levi Politik’, lengkap dengan angka yang menandai jumlah pesannya. Satu fragmen stand-up comedy dengan premis (yang premisnya ditunjuk secara jelas oleh Levi, kayak ‘Ini premis lho penonton!’) tentang pernikahan jadi bentuk balas dendam Levi atas ujaran pihak-pihak yang menyebut dirinya cuma modal properti doang dalam berkomedi.

Kategori kedua dari penampilan Levi adalah humor monitor, di mana Levi memanfaatkan visual yang ia tampilkan lewat layar. Bagian ini nampaknya jadi pembuktian tersendiri bagi Levi, tak cuma sebagai komedian properti, namun juga sebagai praktisi IT. Penggunaan perangkat elektronik yang ia operasikan sendiri itu terasa amat rapi, seamless, membuat performanya sangat enak ditonton.

Kumpulan jokes tentang mata angin menegaskan status Levi sebagai komika Kompas. Macam-macam pohon silsilah keluarga juga ia tampilkan, dijamin membuat badan sensus iri dan tergoda memakai jasanya. Bedah emoji SMS, statistik arah tidur suami istri, serta macam-macam fungsi huruf hijaiyah melanjutkan kecemerlangan Levi dalam meracik humor-humor berbasis visual. Mengukuhkan dirinya sebagai satu dari sedikit komika yang saat menulis materi lebih banyak berkutat dengan Photoshop dan PowerPoint ketimbang buku tulis dan Word.

Kategori ketiga adalah humor kardus. Penulis menamainya demikian karena humor-humornya memang berasal dari kardus misterius yang berada di atas panggung. Saat hendak memasuki sesi humor kardus, Levi akan membenamkan hampir separuh tubuhnya untuk mengaduk-aduk isi kardus tersebut, mencari bahan-bahan mana yang ia pilih sebagai bit selanjutnya. Sesi humor kardus ini terasa amat menyenangkan, sebab walau formulanya sama, namun Levi selalu punya cara untuk mengkreasikannya dengan segar.

Tiga kategori humor di atas dibawakan oleh Levi secara bergantian sepanjang set. Tidak ada yang tau bagaimana pola urutannya, yang penonton lakukan hanya menunggu komedi apa yang akan datang setelah ini. Hal yang membuat Levi sempat merasa terbeban karena tiap gesturnya disangka akan bermuara pada titik tawa.

“Setiap gerakan gue lu tungguin lucunya kan!?”

Tiga kategori humor yang dibawakan oleh Levi ditutup oleh kategori keempat, yakni humor campur aduk. Dalam hal ini, campur aduk yang dimaksud merujuk pada perasaan penonton, sebab Levi menyebut bahwa bit closing itu ia rancang untuk menjadi penutupan yang terasa sedih namun lucu dalam waktu bersamaan. Komedi yang sedih, namun lucu, namun tragis, namun jenaka, dan seterusnya sampai kecerdasan emosi penonton dibuat luntur ke titik nol persen.

Berakhirnya pertunjukan PROPER-TI meninggalkan kesan tersendiri untuk penulis. Pola komedi Levi yang berbeda dari komika lain langsung menghadirkan pekerjaan rumah yang harus penulis pikirkan saat itu juga. Kalau model komedinya begini gimana cara mengulasnya?

Kesulitan itu ternyata tak jadi soal serius, sebab berkaca dari cara Levi menampilkan PROPER-TI, agaknya aturan dalam berkomedi punya sifat yang amat lentur. Pakemnya ada, namun bisa dimain-mainkan sejauh yang kita bisa. Selama lucu dan ada konsepnya, maka sah-sah saja. Kalau ada yang menyebut penampilan Levi di PROPER-TI bukan stand-up comedy, agaknya si empunya acara akan terima-terima saja karena pada posternya pun ia telah mencoret kata ‘stand-up’ di kalimat ‘stand-up comedy special’.

Berdasarkan hal tersebut, maka beginilah artikel ulasan dari penulis untuk PROPER-TI. Apabila keceriaan dari malam itu tak tersampaikan sepenuhnya lewat tulisan, harap maklum. Rasa penasaranmu bisa terjawab segera saat digital download PROPER-TI dari Levi Ofsanusi tersedia di Comika.id nanti. Jadi, jangan sampai lewatkan ya.

Akhir kata, selamat untuk Levi Ofsanusi atas rilisnya video digital PROPER-TI!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Gimana Ya Ngomongnya

PSK Live D2D

HAH 2D

Insecurity

Enable Notifications OK No thanks