Popon Minded dan Keberanian Mengaduk Kontroversi Dengan Komedi
Sudah ya ini ramai-ramainya?
Jujur saja, meski ini adalah kali kesekian Comikamedia mengendapkan tulisan, namun ini kali pertama kami menunda naiknya tulisan karena… bingung.
Redaksi memutuskan bahwa sorotan negatif tidak akan sejalan dengan prinsip “Komika Hidup Dari Karya.” Setidaknya, jika hingar bingar telah surut, kami bisa memberikan ulasan bagi mereka yang menunggu-nunggu.
Adukan kontroversi sendiri cukup kental sejak Popon Minded, pertunjukan spesial besutan Popon, mulai melakukan kegiatan promosi. Dua titik lalu lintas ‘SJW’ mampir untuk menyambangi sang juara SUCI 8 ini adalah ketika beliau tampil di Somasi dan pasca melempar cuitan “itu.”
Cuitan tersebut yang kini telah dihapus, mempertebal sisi personal branding Popon dalam hal keberaniannya menantang laju dunia yang progresif.
Oleh karena itu, mari kita bawa sudut pandang tersebut dalam ulasan ini: keberanian Popon mengaduk kontroversi dan komedi. Karena ini adalah nilai yang paling banyak disebut oleh khalayak tentang pertunjukan spesial ini. Serta tentunya, deretan jokesnya yang menodong kita tertawa di pinggir tebing.
Oh iya, sebelum saya melanjutkan ulasan, saya punya sedikit informasi. Akhir bulan ini Popon Kerok juga jadi salah satu line-up dari acara Patra Gumala Mempersembahkan: Kawanan Ngelucu Tanpa Riset. Sebuah judul self-explanatory yang akan aneh jika tidak menghadirkan Popon. Sebuah pertanda pula jika sorotan negatif telah redup.
Mari kita masuk ke ulasan.
Satu kata yang bisa mewakilkan tentang penampilan opener adalah sadis. Andis Brighter dan juga Oza Rangkuti didapuk oleh Popon untuk jadi pembukanya malam itu. Keduanya jadi orang yang sepertinya paling tepat untuk membuka Popon. Keduanya punya peluang besar menyinggung.
Andis membawa pengalaman keluarganya yang memiliki “ilmu,” yang secara mengejutkan diubah jadi bit yang pecah sekali. Pengalaman pahitnya dikirimi pesan singkat oleh kaum seberang juga jadi materi yang bakal bikin kuping SJW menghangat.
Oza naik ke panggung dengan ekspektasi tinggi penonton soal pembahasan Jaksel. Nyatanya, meski ia membuka dengan salam yang mungkin akan disukai pegiat TikTok jedag-jedug, Oza mengisi materinya dengan potensi menyinggung. Keras sekali yang ia senggol. Pemuka agama hingga tokoh politik. Tentu, sedikit balutan Jaksel tetap ada meski kini sepertinya ia telah muak.
Popon akhirnya naik ke atas panggung. Dengan ciri khas hoodie warna-warni pastel, di bawah banner-banner besar atas segala hal yang ia akan tabrak, Popon disambut dengan tepuk tangan meriah. Tetap dengan pembawaan tenang khas dirinya, ia memulai setnya dengan self-deprecating jokes.
Di bagian awal penampilannya, meski sedikit taburan punchline sarkas, tidak ada bau-bau ingin menyinggung pejuang keadilan sosial. Ia berbicara soal peranan rumah tangga “anti-patriarkis” yang ia jalani. Bagian ini sangat lucu, hingga membuat deretan penonton yang berada di dekat saya semua terpingkal bahagia.
Pembahasan ini hanya bertahan sekitar 20 persen dari keseluruhan set. Pasca itu, Popon bergegas membahas satu persatu segala hal yang ia ingin tabrak. Ia bahkan tak repot-repot meramu megahnya pernyataan. Sebuah keresahan raw dan eksplisit cepat ia keluarkan. Awalan kalimat seperti “gue benci” atau “gue gedeg” jadi sesuatu yang lazim.
Satu hal yag diandalkan Popon adalah ditabrakkannya fenomena masa kini dengan norma sosial tak tertulis atau norma agama. Hal ini membuat Popon seakan menjadi komika observasional dalam hal dosa-dosa kaum progresif. Ia juga lantang menentang beberapa hal yang sebenarnya tergolong hak asasi manusia. Dan hewan.
Satu yang paling menguras tawa adalah bit terakhirnya. Ia dengan detil memreteli gurita mind map yang ia cari dari pembahasan itu. Premis-premis dan pengandaian ia eksplor semua, hingga yang terabsurd sekalipun. Sensasinya seperti merinding berada di pinggir tebing ketersinggungan, namun adrenalin tawanya cukup untuk kita terjun ke dalamnya.
Setelah satu jam yang padat dengan timbangan tawa dan keberanian, Popon menutup pertunjukannya dengan sambutan standing applause dari penonton.
Ia menutup penampilannya dengan epilog. Di sini ia melunak. Ia tak lagi mencoba berani. Justru ia menjadi terbuka terhadap emosi apa yang ia rasakan. Sejujurnya bagi saya, beberapa poin yang ia sampaikan di epilog adalah poin yang sama yang ia kemukakan di sebuah thread Twitter yang lagi-lagi telah dihapus karena menuai hujatan.
Namun, nuansa epilog itu beda sekali. Di epilog, ia buka-bukaan atas bagaimana laju dunia tidak berpihak padanya. Nilai-nilai berkebalikan yang ia anut, berbeda dengan apa yang akan terus terjadi. Curahan hati ini membuat saya iba. Terlebih pernyataan dirinya yang ingin mempertimbangkan untuk tak lagi senggol sana-sini di penampilan selanjutnya.
Acara pun selesai. Bukti relatabilitas yang tinggi tersaji di banyaknya orang yang berfoto bersama sembari mengungkapkan kalau Popon melakukan hal sangar. Jika kamu membaca ulasan ini dan merasa bahwa Popon satu frekuensi denganmu, kalian layak menonton Video Digital Stand-Up Comedy Special Show Popon Minded eksklusif hanya di Comika.id.