Ceritain Ajalah, Pertunjukan Spesial yang Jadikan Bucin Sebagai Bahan Bakar Komedi
Sebagian pertunjukan spesial membawa tema tertentu untuk jadi benang merah. Seperti cerita Mr. Gamayel ketika Daftar Polisi, hingga David Nurbianto yang menjaring kelucuan sepenuhnya dari kehidupan berumahtangga. Sebenarnya pun, tidak ada koridor pasti untuk mengadakan pertunjukan spesial, yang jelas harus lucu saja.
Hal ini nampaknya ingin ditabrak oleh Odiiajalah (Odi). Tak ada ambisi spesial yang kerap ditemui komika kala mengonsep sebuah pertunjukan. Odi hanya ingin bercerita, karena ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Ia ditinggalkan sang kekasih.
Dalam keseharian, ia tak terlalu banyak menceritakan kisahnya ke khalayak umum. Hanya ke teman-teman dekat saja. Namun, entah mengapa melalui corong stand-up comedy, ia justru ingin total mengumbar kisah pilunya kepada mereka-mereka yang mau membayar untuk mendengar.
Saya yang telah mewawancarai Odi sebelumnya pun, sama sekali tidak punya gambaran apa-apa tentang apa yang bakal ia bawakan. Mengingat, beberapa kali menyimak penampilannya, ia adalah komika yang sangat suka menghibur. Materinya ringan, dan kerap menantang diri untuk berinteraksi dengan penonton untuk memanen kelucuan. Lalu komika yang seperti ini akan full bercerita saja? Rasa penasaran saya membuncah.
Opener yang Hangatkan Penonton
Sebelum Odi tampil, ada dua pemandu acara yang juga tandem Odi di Podcast Berurat: Bonar Manalu dan Riztegh. Mereka tidak mengendurkan uratnya sama sekali. Bahkan Riztegh di tengah melontar setup ia tetap terdistraksi untuk menyuruh seorang penonton berobat. maklum, si penonton bergaya Jaksel dengan memadu kaos kaki dan sandal selop. Riztegh menganggapnya seperti orang sakit.
Belum lagi, Riztegh kerap memarahi penonton yang tertawa. Bonar yang dari DNA adalah orang Batak, sampai harus meredam perilaku-perilaku unik Riztegh dalam memandu acara.
Opener pertama adalah Rizky Ghazali atau Kokong. Kokong bisa dikatakan membuka penampilan para komika dengan eksplosif. Harus diakui, materi vulgar Kokong sempat membuat penonton kaget terlebih dahulu. Makin lama, materi tidak menurun kevulgarannya, namun penonton jauh lebih menerima. Formula kelucuan komika dengan memadu pekerjaan aneh dengan kata kerja, berhasil dikeluarkan. Selingkuh dengan Manusia Silver? Dengar ini saja saya sudah terkekeh. Bit pamungkasnya berupa mengendarai mobil sambil (disensor) dibangun dengan apik sampai klimaksnya.
Lanjut ke penampilan Fikri Skoy yang tak cuma mengomentari penampilan Kokong, namun juga outfitnya sendiri yang menurutnya mirip Nobita. Si orang Betawi kocak ini langsung bicara soal cinta, menyamakan tema dengan pertunjukan malam itu. Pasca sedikit meroasting Odi, ia langsung bercerita kisah-kisah lucunya berpacaran dengan Jak Angel. Kisah ini lucu sekali, tepuk tangan bertebaran pasca Fikri melontar punchline. Diksi-diksi khas Persija pun banyak diulik, menambah lapis kelucuan penampilan Fikri. “Ismed Sofyan tendangan bebas” adalah frasa yang lucu sekali didengar penikmat Liga Djarum Indonesia ketika sekolah dulu.
Lanjut ke sang talenta dari Majelis Lucu Indonesia, juga sahabat kental Odi, Aldyajadong. Di pertunjukan spesial sang kawan, ia tak membahas cinta meski sudah dikomando oleh Odi. Nampak, kisah percintaannya justru hangat karena mantan karyawan Comikamedia ini datang bersama sang pacar. Nah, ia justru mendiskusikan beberapa tingkah diskriminatif Umat Lucu kepadanya, yang masuk MLI berbarengan Oza Rangkuti. Chaakz. Penampilannya ditutup dengan pengalamannya dikepung Bonek di Surabaya. Jika penasaran, berdasarkan bocorannya kepada kami, nantikan saja pertunjukan spesial dari Aldy.
Cerita Patah Hati Tapi Lucu
Sang pemilik acara akhirnya tampil. Ia melakukan apa yang ia biasa lakukan, yakni melontarkan lelucon-lelucon ringan untuk membuka penampilan. Namun sekali masuk ke cerita, tak ada kata kembali.
Pasalnya, ia melakukan penceritaan urut dari awal ia bertemu dengan sang pujaan hati: Bidan Pamulang. Hal ini sangat berbeda dengan apa yang kita pahami sebagai Storytelling di stand-up comedy. Secara definisi, satu pertunjukannya terhitung satu bit. Karena runut dari awal sampai akhir, tak ada bridging. Rasanya, seperti kita menonton film di mana Odi adalah pemeran utamanya. Ini adalah sebuah One Man Show di mata saya.
Seperti menonton film pula, ekskalasi konfliknya jalan terus seiring cerita, dan kisahnya pun makin ekstrem. Penyebab konfliknya sangat nyata di mata saya, seorang laki-laki di usia tigapuluhan dan telah menikah hampir enam tahun: Odi terlalu bucin!
Odi sedikit banyak bisa disebut hopeless romantic. Cerita demi cerita ia lontarkan dengan berbagai reaksi di benak penonton. Setidaknya, beberapa orang yang ada di radius terdekat saya, ada yang merasa konyol, lucu, cringe, dan menyayangkan.
Odi sendiri, sangat lihai menemukan punchline dari cerita-cerita miris yang ia lempar. Sehingga, penonton yang berada dalam moda “diceritain” mudah tertampar punchline, sehingga tawanya pecah sekali.
Seperti yang sudah saya tulis, makin ke belakang, cerita kebucinan Odi makin ekstrem. Hingga, cerita ini menemukan sebuah gong. Di dalam film, gong ini layaknya Batman yang menemukan kalau sang kekasih meninggal dan Harvey Dent berubah menjadi Two Face. Dalam “gong” yang tak bisa saya ceritakan ini, ia mendapati kalau ia merasakan patah hati paling pamungkas.
Berbeda dengan Batman yang langsung ambil posisi untuk menghentikan Joker, Odi justru susah bergerak dari posisi nestapanya. Ia masih tetap menceritakan berbagai kelucuan seperti mengirim chat ke Bidan Pamulang menggunakan WhatsApp Business Pecahkan dan berakhir diblock. Namun di balik cerita itu, penonton bisa merasakan kalau ada seseorang yang gagal move-on.
Setelah mendengarkan ceritanya, diskusi mulai bermunculan di kalangan penonton. Sebagian besar, menyayangkan kandasnya hubungan itu. Namun satu hal yang bisa diambil sebagai hikmah: Odi adalah pejuang cinta dan ia layak bertemu dengan seseorang yang mengapresiasi perjuangan itu. Semoga suatu saat kamu bertemu dengannya ya Di. Barangkali ia adalah salah satu pembeli Digital Download Ceritain Ajalah di Comika.id? Tak ada yang tahu.