Login

Register

Login

Register

Menyimak Curahan Hati Odi Ajalah dalam Pertunjukan Ceritain Lagi Lah

Blog - July 17, 2023

Titel ‘pelawak murni’ tersemat pada diri Muhammad Naufdi Syawali alias Odi Ajalah. Jika menyimak dari beberapa penampilan panggungnya, Odi dinilai demikian karena kecenderungannya untuk menampilkan kelucuan yang tidak tendensius dalam bentuk tebak-tebakan, interaksi dengan penonton, serta berbagai terapan pemikiran anehnya. 

Pelawak murni yang murni ingin melucu saja.

Gambaran singkat dan paling solid dari titel ‘pelawak murni’ sejatinya muncul kala ia tampil membuka rangkaian tur Pahlawan Perlu Tanda Jasa milik Abdur Arsyad. Puncaknya, pada PPTJ Jakarta Odi sukses membawa komedi anehnya ke panggung sakral Teater Jakarta di hadapan 1.200-an penonton.

Capaian tersebut membuat penulis makin penasaran untuk menyaksikan secara langsung Ceritain Lagi Lah, pertunjukan spesial kedua Odi. Pasalnya, pertunjukan perdana Odi yang bertajuk Ceritain Aja Lah memiliki pendekatan yang sedikit melenceng dari identitasnya sebagai pelawak murni karena menitikberatkan pada proses bercerita.

Setelah proses yang dilalui dalam tur PPTJ, apakah Odi masih akan melakukan pendekatan serupa show perdana atau justru bakal makin menegaskan dirinya sebagai ‘pelawak murni’?

Ceritain Lagi Lah digelar pada 13 Mei 2023 lalu di Gedung Teater Bulungan. Pemilihan tempat yang bersifat darurat, mengingat sebelumnya Odi menargetkan untuk tampil di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, namun batal lantaran pertunjukannya tak memenuhi standar kriteria yang dimiliki Dewan Kesenian Jakarta selaku lembaga berwenang.

“Ternyata Teater Kecil masih terlalu besar buat saya,” ujar Odi dalam salah satu bagian pertunjukannya.

Kendati demikian, selain perpindahan tempat tidak ada lagi halangan berarti yang nampak secara kasat mata dari proses berlangsungnya Ceritain Lagi Lah.

Odi menggandeng lima komika yang disebut sebagai orang-orang terdekatnya untuk turut tampil dalam pertunjukannya. Duet alumni Ketawa Comedy Club, Ilham Setyadi dan Rais Marasabessy didapuk sebagai MC malam itu. Kemudian ada pula Fikri Skoy dan Alif Rivelino sebagai opener. Nama terakhir terbilang istimewa, yakni Abdur Arsyad, pemilik tur yang dibuka oleh Odi beberapa bulan lalu.

Fikri Skoy tampil dengan logat khas Betawinya. Ia lebih dulu menyenggol Odi sebagai pemilik show yang mengaku kepalanya penuh sehingga harus menuangkannya dalam pertunjukan tersebut. Solusi kepala puyeng yang ditawarkan oleh Fikri berhasil mengundang tawa penonton yang merasa relate dengan perilaku tersebut. Pengamatan Fikri soal parenting salah satu tokoh agama berfungsi layaknya jentikan jari tukang hipnotis yang membuat kita sadar dan menggumam ‘Oh iya ya’.

Meski berada di urutan pertama dalam daftar huruf hijaiyah, namun Alif Rivelino kali ini mendapatkan tugas untuk jadi penampil nomor dua. Muncul dengan setelan jas rapi, Alif menyiapkan sindiran tersendiri terhadap si pemilik show yang ia openeri. Berada di satu lingkup pertemanan, Alif menceritakan kenakalan Odi yang kebelet bandel tapi nanggung. Kisah pengalamannya saat terlibat dalam program religi di televisi menutup set Alif dengan sempurna.

Terakhir adalah opener yang telah dinanti penampilannya sejak saat namanya tercantum di poster. Kemunculan Abdur Arsyad di panggung pertunjukan Odi saja sudah membuat penonton tertawa, entah mengapa. Abdur lebih dulu menyapa penonton dengan sedikit menyinggung masalah hukum yang sempat menjerat dirinya. Sempat lama berada dalam satu rombongan tur, Abdur pun menceritakan bagaimana penyesalannya telah menunjuk Odi sebagai opener. Satu jurus balas dendam atas gimmick yang dilancarkan Odi di tiap kota ampuh memecah tawa yang tercampur aduk dengan rasa sungkan. Apa gimmick-nya? Cukup penonton di lokasi saja yang tau.

Penampilan tiga opener usai. Sejumlah penonton hampir saja langsung pulang karena mengira Abdur sebagai headliner pertunjukan. Beruntung, Ilham dan Rais selaku MC cekatan mencegah mereka. Tak berlama-lama, keduanya memanggil dia yang ingin bercerita lagi, Odi Ajalah.

Odi masuk ke area panggung dengan diiringi lagu intro yang juga ia pakai kala menjadi pembuka PPTJ Jakarta, lengkap dengan gaya jalan kakunya dan ekspresi nyengir paling lebar se-Standupindo.

Di awal, Odi menyampaikan rasa terima kasihnya atas kesediaan kawan-kawannya untuk terlibat langsung dalam pertunjukan tersebut, meski mayoritas memiliki karir yang lebih melambung dari dirinya. Meski demikian, Odi merasa punya segudang persamaan dengan para line-up yang dipilihnya sendiri itu. Kesamaan yang tentu saja ia ciptakan sendiri.

Selain itu, Odi juga turut menghaturkan terima kasih atas kehadiran para penonton. Uniknya, ia justru meminta penonton untuk tak memasang ekspektasi terlampau tinggi dari segi kelucuan karena tujuannya mengadakan pertunjukan tersebut benar-benar sesuai dengan judulnya. Benar-benar mau Ceritain Lagi Lah.

Saat mempromosikan pertunjukan ini, Odi menyebut bahwa kisah yang ia bawa akan jauh lebih dalam dari show pertamanya. Benar saja. Jika Ceritain Aja Lah menceritakan lika-liku kisah cintanya dengan si Bidan Pamulang, kali ini Odi membawa kisah yang jauh lebih dalam, yakni terkait latar belakang keluarganya. Kita dibawa berkenalan dengan satu per satu sosok dalam keluarga Odi, mulai dari ibu, ayah, hingga ketiga adiknya. Sosok Bidan Pamulang sudah tidak lagi dibahas terlalu jauh, namun masih disebut tipis dalam salah satu bagian, mungkin untuk menjaga kontinuitas universe Odi.

Odi menceritakan kehidupan keluarga yang disebut sebagai alasan dari munculnya sikap minder dan pendiam pada dirinya. Mulai dari keikutsertaan sang ayah dalam salah satu gelaran Pemilihan Legislatif, masalah yang ditimbulkan karena Facebook, hingga kondisi adik-adik yang dulu ia khawatirkan namun sekarang mulai terlihat lebih sukses.

Rangkaian kejadian di kehidupan Odi disampaikan dengan gaya tutur perlahan. Sejumlah tawa bahkan tercipta karena detil-detil cerita yang makin menggelitik saat disebutkan. Sesuai dengan disclaimer awal, Odi benar-benar menyampaikan materinya seperti orang bercerita.

Jika kamu adalah penonton yang datang karena sudah tertarik dengan Odi sejak Ceritain Aja Lah, rasanya tak akan terlalu kaget dengan gaya penyampaian seperti itu. Namun, penulis membayangkan kebingungan penonton yang datang ke Ceritain Lagi Lah setelah menyaksikan penampilannya sebagai opener PPTJ Jakarta. Pasalnya, Odi membawakan gaya yang sama sekali berbeda di dua kesempatan tersebut.

Saat menjadi opener PPTJ Jakarta, Odi tampil dengan gaya stand-up konvensional. Mari kita kesampingkan fakta bahwa ia membuka pertunjukan dengan membuat ombak dari penonton, namun rangkaian bit dalam setlist Odi di pertunjukan itu terasa sekali unsur kepenulisannya. Berbanding terbalik dengan Ceriain Lagi Lah di mana Odi lebih nampak effortless dalam hal materi dan penyampaian. 

Beberapa cerita Odi sampaikan begitu saja tanpa diberi satu pun kelucuan, meninggalkan celah kosong yang terisi hening ruangan karena penonton fokus menyimak tuturannya. Uniknya, momen hening yang identik dengan situasi dragging itu tak menyulitkan Odi. Bahkan ia tetap bisa mengangkat tawa besar di ujung sunyi panjang yang bisa saja mengubah beban kerjanya menjadi lebih berat.

Jika ada yang perlu disayangkan, itu datang dari kurang mulusnya penuturan cerita Odi. Ia beberapa kali lupa dengan urutan cerita yang akan ia sampaikan. Odi beberapa kali melompat dari satu titik ke titik lain, lalu kembali ke sekian titik sebelumnya karena baru ingat kalau titik tersebut belum disampaikan. Bahkan ada satu poin yang baru ia sampaikan saat seluruh line-up telah bersiap untuk foto bareng di atas panggung. Odi tak salah pilih opener dan MC karena mereka bereaksi suportif dengan reflek memposisikan diri sebagai penonton yang duduk di atas panggung. Tentu saja dihiasi celetukan-celetukan penuh geram yang tetap menghibur.

Hanya saja, ketidakmulusan ini tertutupi oleh kejujuran Odi. Saat lupa, ia mengaku. Saat salah urutan, ia mengaku. Bahkan saat bobot cerita terlalu berat untuk disampaikan dan membuat kepalanya penuh pun Odi tetap mengaku.

“Terlalu berat masalah ini, habis diceritain tetep pusing juga,” celetuk Odi.

Penutup Ceritain Lagi Lah tak terasa seperti bagian puncak pertunjukan. Bukan yang menimbulkan gumaman ‘Nggak kerasa ya udah selesai aja’, tapi lebih ke ‘Eh udah selesai?’. Odi sendiri saja baru menyadari bahwa ia menuntaskan pertunjukan setelah kalimat terakhirnya mencapai ujung dan semakin yakin usai memeriksa setlist. Ketidakmulusan yang diterima lapang dada oleh penonton, disambut tawa dengan sedikit gestur tepuk jidat dari beberapa orang di ruangan.

Secara keseluruhan, Ceritain Lagi Lah menghadirkan cerita personal–sangat personal bahkan untuk ukuran show yang digelar di sebuah gedung pertunjukan. Rasanya, materi semacam itu akan terasa lebih menyentuh jika disampaikan dalam pertunjukan berlingkup kecil dan bersifat intimate. Personalitas materi malam itu sangat terbantu dengan pengakuan jujur Odi yang membuat kesan intim terbangun. Walau mungkin tidak bisa membuat semua orang terkesan, namun bisa dipastikan ada sejumlah penonton yang akan merasa terikat dengan karya-karya Odi. Komedi dari hati, kalau kata Raditya Dika.

Ceritain Lagi Lah akan segera diedarkan dalam bentuk digital download. Kamu bisa buktikan sendiri kedalaman cerita Odi di pertunjukan tersebut. Sekarang pertanyaannya, setelah dua special show yang membuat Odi cocok dijuluki sebagai ‘pencerita murni’, apakah sisi ‘pelawak murni’-nya akan gatal, lalu tergerak untuk ditampilkan dalam special show selanjutnya?

Patut kita tunggu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Gimana Ya Ngomongnya

PSK Live D2D

HAH 2D

Insecurity

Enable Notifications OK No thanks