Login

Register

Login

Register

Upaya Komoidoumenoi Istora Untuk Lebih Ramah Disabilitas

Komoidoumenoi - May 26, 2023

Tidak perlu waktu berdekade-dekade untuk menjadikan kesenian stand-up comedy makin beragam. Berawal dari segerombolan komika-komika pria yang gemar mengeluh soal status kejombloan mereka, kini stand-up comedy sudah beragam jenisnya.

Komika membawakan tebak-tebakan dark saja ada. Itu dua variabel loh. Dan bisa.

Hanya butuh lima season SUCI Kompas TV untuk memperkenalkan seorang komika difabel, yakni Dani Aditya. Sekarang, sudah banyak sekali komika yang membawa keresahan soal kekurangan fisik ke atas panggung. 

Blindman Jack, Budi SUCI X, Adhit Sanca, hingga Ryan Balita, semuanya berkekurangan di perspektif sehat. Beberapa di antara mereka bahkan tergabung dalam grup The Sabilitas, komplotan stand-up comedy dari komika disabilitas.

Saya sendiri pernah meliput sebuah acara stand-up comedy khusus teman tuli. Tanpa kemampuan verbal, mereka bisa menyampaikan lelucon dengan baik. 

Mari kita putar perspektifnya. Jika yang jadi komika saja ada yang penyandang disabilitas, harusnya banyak sekali teman-teman disabilitas yang adalah penonton. Pandji dan Comika Event menyadari hal tersebut.

Beberapa waktu lalu, Komoidoumenoi Istora membuka penjualan tiket khusus disabilitas. Di Istora nanti akan ada area khusus untuk disabilitas, dan juga beberapa fasilitas yang memudahkan teman-teman disabilitas untuk turut menonton pertunjukan kesembilan Pandji ini.

Acuan Acara yang Ramah Disabilitas

Untuk pertunjukan Komoidoumenoi, Comika Event didukung oleh Think.Web, sebuah perusahaan yang menyebut diri sebagai Creative and Impact Agency. Think.Web sendiri sebelumnya telah memiliki kegiatan inisiatif yang berhubungan dengan teman-teman penyandang disabilitas. Menurut sang co-CEO sekaligus co-Founder Ramya Prajna Sahisnu, ini berawal sejak tahun 2015 mereka memiliki dua karyawan tuna netra.

Comikamedia berbincang sejenak di tangga utama gedung Istora Senayan, terkait akses disabilitas yang didukung oleh Think.Web di Komoidoumenoi.

“Kita percaya bahwa teknologi itu ada untuk mendorong kemanusiaan. Di sisi lain kita tahu bahwa teknologi itu akan closing the gap untuk teman-teman penyandang disabilitas, untuk pada akhirnya mereka bisa bersama dengan semuanya,” ungkap pria yang kerap disapa Rama tersebut.

“Semua orang, termasuk penyandang disabilitas, layak untuk mendapatkan kesempatan. Jadi bukan berdasarkan kasihan,” tambahnya.

Jika melihat lalu lintas orang yang akan hadir di Komoidoumenoi, rasanya acara ini bisa jadi momentum yang tepat untuk memperkenalkan fasilitas yang ramah disabilitas kepada para penonton. Rama memiliki pandangannya terhadap hal tersebut.

“Selama ini temen-temen penyandang disabilitas itu terlupakan. Sehingga keterlibatan (mereka) di acara itu minimal banget,” ungkap Rama.

“Waktu di Pragiwaksono (2018) sebenarnya kami sudah terlibat dan sudah support juga, tapi transaksinya minimal banget. Mereka tidak terbiasa terlibat karena fasilitas aksesibilitasnya nggak ada,” imbuhnya.

“Hal ini perlu terus dijalani, kalau enggak, nanti fasilitasnya enggak akan ada. Guiding block yang ada di trotoar aja kalau nggak ada Asian Games, mungkin kita nggak akan pernah punya guiding block seperti sekarang.” 

“Itulah mengapa, kita ingin terlibat di sini untuk mendukung dari sisi fasilitas. Kalau nanti ini bisa dilihat dan dijadikan acuan, maka festival dan event lain bisa ngeliat ke acara ini,” pungkasnya

Fasilitas Untuk Penyandang Disabilitas di Komoidoumenoi Istora

Pada H-4 Komoidoumenoi, beberapa kru dari Comika Event datang untuk melakukan arahan kepada Think.Web terkait peletakan berbagai fasilitas untuk teman-teman disabilitas. Turut hadir juga dua kawan disabilitas masing-masing menggunakan kursi roda dan juga tuna netra.

Dari sana terlihat bahwa kesiapan penyelenggara tidak akan maksimal jika teman-teman difabel tak dilibatkan. Rama memberikan beberapa penjelasan terkait deret fasilitas tersebut.

“Prinsip untuk menyediakan fasilitas untuk disabilitas adalah menciptakan kemandirian, bukan memberikan bantuan. Karena kalau misalnya memberikan bantuan, akan muncul ketergantungan. Sementara kalau kita menciptakan kemandirian, yang terjadi adalah kita semua mandiri termasuk teman-teman disabilitas,” sebut Rama sebelum mengungkap soal deret fasilitas di Komoidoumenoi Istora.

Salah satu fasilitas yang diberikan agar mereka bisa mandiri adalah guiding block. Istora sama sekali tidak memiliki guiding block. Jika kamu tak tahu apa itu guiding block, itu adalah ubin bertekstur yang jadi jalur pemandu di trotoar. Biasanya berwarna kuning sebagai pertanda kalau jangan membuka warung pecel lele di atasnya.

“Di Istora tidak ada guiding block, dan kita udah punya guiding block portable dari bahan karet, karena kita pengen nunjukin bahwa untuk menyediakan fasilitas aksesibilitas itu nggak susah. Kalau misalnya mau, bisa diadain,” ungkap Rama.

Seperti yang sudah disebut sebelumnya, Think.Web juga memberi masukan ke panitia dari Comika Event untuk area kursi roda, mengingat teman-teman tuna daksa sendiri juga ada beragam.

Pertimbangan seperti peletakan kawan tuna daksa yang menggunakan kruk untuk tidak di area akses yang tinggi, hingga posisi area kursi roda yang diharapkan tidak menghalangi penonton belakangnya, telah disampaikan ke panitia. Comika Event pun telah menyiapkan area khusus berupa panggung dengan ramp untuk teman-teman disabilitas mengakses, bermanuver, dan menonton dengan nyaman.

Think.Web juga bekerjasama dengan Silang, penyedia Juru Bahasa Isyarat (JBI) untuk teman-teman tuli. Comika Event juga diberi masukan untuk peletakan posisi nonton yang pas di Istora, di mana tetap bisa melihat panggung dan JBI secara nyaman.

Untuk teman tuna netra, prioritasnya adalah dekat dengan guiding block dan peletakan di posisi dengan suara paling jelas.

Tak cuma itu, ada juga quiet room yang disediakan untuk teman-teman disabilitas mental. Meski, Rama menyebut bahwa setiap pihak juga harus mengukur keleluasaan untuk terlibat atau menonton di acara ini. Jika dibutuhkan, quiet room akan tersedia di hari H nanti.

Harapan Untuk Lebih Banyak Acara Inklusif

Komoidoumenoi hanyalah satu acara. Dengan bangkitnya sektor hiburan pasca pandemi, ratusan acara akan hadir di tiap tahunnya. Harapan untuk acara-acara tersebut lebih ramah kepada teman disabilitas pun terpancar.

Tidak perlu menyebut festival musik di luar ruangan atau festival seni dengan skala besar, terkadang nonton stand-up sendiri susah untuk teman disabilitas.

“Untuk para penyelenggara event, menyediakan fasilitas aksesibilitas itu nggak susah, kalau mau. Tentu butuh effort lebih karena nggak biasa. Tapi lama-lama juga biasa,” sebut Rama.

“Untuk temen-temen penyandang disabilitas, saya mendorong untuk terlibat, agar fasilitas tersebut ada dan dipakai. Karena kalau misalkan fasilitas itu sudah diupayakan tapi nggak terlibat, nanti yang bikin event lupa terus karena yang harusnya terlibat nggak keliatan. Jadi harus ketemu di tengah,” sambungnya.

Satu pesan dari Rama untuk para penyandang disabilitas adalah, show off. Tunjukkanlah dirimu. Ini adalah ajakan agar jalan menuju inklusivitas bisa lebih mulus jalannya.

“Buat temen-temen penyandang disabilitas yang datang di tanggal 4 Desember nanti, saya ingin bilang bahwa tunjukkanlah dirimu. Bahwa kalian penyandang disabilitas tapi saya terlibat di sebuah acara dan mau dilibatkan di setiap acara-acara seperti ini,” tutup Rama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Gimana Ya Ngomongnya

PSK Live D2D

HAH 2D

Insecurity

Enable Notifications OK No thanks