5 Pertanyaan untuk Lineup ‘Gimana Ya Ngomongnya?’, Gimana Ya Jawabnya?
Orang introver yang memutuskan untuk jadi komika adalah orang introver yang paling gemar mempersulit dirinya sendiri, jumlahnya mungkin masih terhitung ada puluhan di seluruh komunitas Standupindo. Orang introver yang memutuskan untuk jadi komika lalu mengadakan show berada satu tingkat di atasnya, populasinya mungkin ada di angka belasan. Orang introver yang memutuskan untuk jadi komika lalu mengadakan show dengan interaksi bersama penonton sebagai bagian dari pertunjukan adalah puncak kezaliman terhadap diri sendiri. Setidaknya, ada tiga orang yang telah terdeteksi sebagai golongan terakhir, yakni Indra Cahya, Ulwan Fakhri, dan Sukraj Putera.
Tiga komika dengan kepribadian introver ini akan berkolaborasi untuk melangsungkan pertunjukan bertajuk ‘Gimana Ya Ngomongnya?’ yang akan membedah berbagai kecanggungan yang mereka rasakan di tengah masyarakat. Tak hanya ber-stand-up comedy, Indra, Ulwan, dan Sukraj juga bakal melakukan crowd working yang untuk mereka, level menantangnya setara dengan atraksi putar piring di atas bambu sambil naik sepeda roda satu di atas tali tambang setinggi 12 meter ala sirkus Tiongkok.
Baru-baru ini, Comikamedia sempat berbincang dengan Indra, Sukraj, dan Ulwan untuk mencari tahu tentang pengalaman canggung terkait interaksi antar manusia yang pernah mereka alami. Seberapa bingung tiga komika ini di keseharian? Ayo simak hasil wawancara berikut ini.
Momen yang menyadarkan bahwa diri ini adalah introver?
Indra Cahya: Ketika kuliah. Waktu itu kan banyak sekali aktivitas nongkrong. Pas diajakin nongkrong semangat, tapi ketika kegiatan nongkrong itu sendiri, ternyata berasa malam masih panjang dan kalau pulang sekarang nggak apa-apa. Akhirnya di tengah nongkrong sudah malas nimbrung, butuh menenggak kopi biar bisa beropini dan mengeluarkan omongan.
Ulwan Fakhri: Ada banyak momen, tapi yang belakangan muncul lagi waktu saya refleksi adalah momen-momen selama sekolah. Ternyata sekitar usia SMP sampai SMA, saya sering banget nongkrong sendirian di perpustakaan sekolah atau perpustakaan daerah di Sidoarjo–seringkali dilakukan pas malam minggu. Kegiatannya gak selalu baca buku sih, kadang-kadang ngadem aja atau memutuskan koneksi wifi orang lain pakai Netcut.
Sukraj Putera: Pas ambil tes MBTI. Sebenernya dari dulu udah pendiem, cuman kirain itu istilahnya ‘culun’. Setelah tes MBTI baru tau kalau ini introver.
Momen paling sulit ngomong yang masih melekat di ingatan? Misal, bingung gimana cara pesan makanan di restoran fastfood, dsb.
Indra Cahya: Contohnya relate banget karena waktu SMP aku takut salah waktu pesen makanan di restoran fastfood. Ditanyain “Kamu pesen apa?” aja sudah merasa tertodong.
Tapi momen paling sulit ngomong adalah kalau mau ngomong sama orang yang diidolai, kayak waktu pertawa kali interview Mas Pandji. Karena terlalu bingung mau ngomong apa, akhirnya aku basa-basi, terus sama dia cuma direspon ‘oh iya’. Gitu doang.
Ulwan Fakhri: Sebenarnya ini sulit ngomongnya bukan karena introver, lebih ke tolol aja sebagai individu: (pernah) minta maaf ke mama buat minjem duit karena ada kejadian kocak wkwkwk.
Sukraj Putera: Akhir-akhir ini paling berasa kalau lagi interaksi di grup WhatsApp. Suka susah ngomong, jadi ujung-ujungnya cuman kirim reaction aja di chat orang.
Momen salah ngomong yang masih menghantui setiap mau tidur malam?
Indra Cahya: Waktu interview film ‘Mendarat Darurat’ aku ketemu Marissa Anita. Terus aku bilang ke beliau kalau aku look up ke beliau. Waktu zaman kuliah aku ingin jadi jurnalis karena lihat dia, karena positive vibes, dan lain-lain. Di situ aku ngomong, “Aku ngikutin Mbak Marissa lho dari zaman NINE ELEVEN SHOW. Kan seharusnya EIGHT ELEVEN SHOW (8-11 Show). Aku ngomong 9-11 seolah-olah lagi ngomongin peristiwa terorisme. Untung itu terjadinya sekarang. Kalau sekarang sudah lebih jago memproses (kejadian).
Ulwan Fakhri: SERING BANGET INI TERJADI HAHAHAHA. Tapi yang paling gak bisa dilupakan adalah waktu usia SD gitu. Saya lagi sepedahan di sekitar komplek, terus ngeliat ada teman saya–seorang cewek usia seumuran–lagi jongkok bersihin rumput di depan rumahnya. Ada orang dewasa sih di sebelahnya, tapi saya gak mikir itu siapa. Pengennya nyapa sambil iseng. Saya lalu gowes sepeda saya melewati mereka yang lagi membelakangi jalan sambil teriak “PEMBANTUUU~”. Ternyata orang di sebelah itu ibunya. Sejak momen itu, kami tidak pernah ngomong lagi sampai sekarang.
Sukraj Putera: Pas ngomong ke tim Comedy Central tentang postingan video stand-up-ku. Waktu itu awalnya mereka sudah tanya ‘boleh diupload atau nggak?’, terus aku bilang boleh, upload aja. Ternyata aku baru inget, di video itu ada omongan tentang toa masjid yang nggak disensor. Terus videonya tayang di YouTube selama sembilan bulan. Aku diemin karena nggak enak mau minta sensor, soalnya di awal udah bilang oke-oke aja. Untungnya aku nggak kena somasi hahaha. Sekarang videonya udah diedit karena tim Comedy Central-nya juga ngerasa bagian itu kayaknya bahaya.
Momen ngomong di depan umum paling epic yang akan selalu dikenang hingga akhir hayat?
Indra Cahya: Ketika diajak Reggy Hasibuan stand-up di acara NGO-nya dia yang tujuannya untuk deradikalisasi terorisme. Itu sangat epic karena kalau di open mic omonganku tidak terlalu di-value soalnya lebih berat kontennya daripada lucunya, tapi di situ aku ngomong di depan orang yang sangat open minded, level open minded Gusdurian. Omonganku sangat di-value. Sepuluh menit lucu banget. Terus jadi berasa makin epic karena seakan-akan aku adalah agent of change dalam deradikalisasi juga.
Ulwan Fakhri: Pengalaman ngomong di depan umum yang berkesan sih sangat dikit, karena saya pribadi baru mulai belajar dan memberanikan diri untuk public speaking sejak ikut stand-up tahun 2012 di Malang.
Jadi ceritanya habis openmic pertama kalinya di kampus, lumayan pecah tuh. Terus diajaklah sama senior di fakultas buat stand-up di acara pemutaran film project kuliah kakak-kakak senior di kampus. Gedungnya gede, penonton full, isinya petinggi kampus dan mahasiswa tingkat akhir. Dan hasilnya ngebom dong hahaha nangisss. Sejak saat itu jadi males banget stand-up di kampus sendiri.
Sukraj Putera: Mungkin waktu kemarin jadi opener Jason Leong. Jadi pas aku tampil tiba-tiba ada penonton yang datang telat. Aku reflek nge-riffing dia. Pas turun panggung, aku baru tau kalau ternyata orang yang aku riffing itu adalah anak dari salah satu taipan 9 Naga. Kapan lagi ngelihat introver berani ngecengin anak taipan.
Siapa yang paling introver di antara tiga lineup ‘Gimana ya Ngomongnya?‘?
Indra Cahya: Jelas Sukraj dong. Dari MBTI-nya aja dia INTP. Kalau aku sama Ulwan kan INFP, kayaknya masih ada spektrum ekstrovernya. INTP itu langka di dunia ini, sedikit. Terus motivasi introvernya Sukraj bukan karena takut, cemas, dan gelisah, tapi lebih ke nggak mau aja sih.
Ulwan Fakhri: Kayaknya Sukraj sih hahaha. Secara postur tampak sangat nerd. Fak, kok bisa introver ngatain orang lain lebih introver? Pertanyaan ini buat meng-devide et impera-kan kami sebelum show ya???
Sukraj Putera: Kayaknya aku.
Buat kamu yang jadi makin tertarik untuk menyaksikan pertunjukan ‘Gimana Ya Ngomongnya?‘, langsung serbu website Comika.id. Kapan lagi kan nonton tiga orang introver yang berusaha mengekstroverkan diri selama beberapa saat di atas panggung?