“Kawanan Ngelucu Tanpa Riset” Buncahkan Tawa Penonton Tanpa Meleset!
Media sosial adalah wadah untuk siapapun mengekspresikan diri seseorang. Entah itu akan ada yang menanggapi, sekadar lalu lalang di linimasa, atau jadi sesuatu yang besar, hal semacam itu tak pernah mudah diduga.
Komika-komika di Indonesia juga tidak sedikit yang memiliki media sosial. Dan tidak sedikit pula apa yang mereka bagikan menjadi sumber kehebohan dan sulit untuk selesai dalam satu malam. Jika menyebut salah satunya, maka izinkan penulis mencantumkan nama Patra Gumala.
Profil atau akun Twitter Patra Gumala jarang sekali sepi dari pantauan netizen. Banyak hal ia tuangkan di sana. Perihal kesetaraan, feminisme, patriarki hingga ia membuat pertunjukan spesial bertajuk ‘Patraiarki’.
Tidak sampai di situ, Patra kembali menyuguhkan pertunjukan kolektif yang rasanya tak beda jauh dengan apa yang ia buat sebelumnya. Tapi, ia tidak sendirian, ia mengajak sederet komika untuk tampil dalam gelaran ‘Patra Gumala Mempersembahkan Kawanan Ngelucu Tanpa Riset’ pada Kamis malam (29/9).
Patra tampil ditemani lagu “Ibu Kita Kartini” sebelum ia memaparkan apa yang terjadi malam itu. Patra menuturkan ia sudah mempersiapkan sedikit keramaian yang ia ciptakan di media sosial. Selain itu, Patra meyatakan bahwa belakangan ini netizen menduga bahwa Patra adalah Popon, begitupun sebaliknya.
Fachri berbicara soal kesetaraan antara komedian dan politisi. Mungkin tidak setara, tapi seharusnya dua kubu ini punya hak yang sama untuk membicarakan masalah apapun tanpa harus dibatasi. Fachri menumpahkan memorinya saat ia harus membuka pertunjukan spesial Blindman Jack, ‘Gue Buta Bukan Bego’. Dari sana, ia mulai membahas banyak hal soal difabel. Fachri orang baik, kok.
Adit MKM, komika voice over hitam putih. Adit menuturkan hal soal ladies parking yang mungkin sudah kita banyak tahu tersebar di berbagai pusat perbelanjaan atau gedung-gedung lain. Ia mengolah apa yang sudah pernah dikatakan Patra. Tapi, versi Adit MKM… Kita tahu lah, ya.
Aldy Jadong, salah satu punggawa termuda dalam kawanan ini berbagi pengalaman bagaimana dirinya menjadi seorang mualaf. Perjalanan terjauh dari seorang Kristen Advent menjadi seorang muslim membuat banyak perubahan pada diri Aldy. Sedikit banyak materinya bisa kamu lihat di program Somasi.
Putra kebanggaan Jaksel, Oza Rangkuti naik ke atas panggung diiringi lagu Dunia Tipu-tipu dari Yura Yunita. Oza bercerita tentang perjalanannya di Amerika beberapa waktu lalu. Kenakalan-kenakalan sebagai penghuni New York beberapa saat itu gambarkan di hadapan para penonton. Oza juga punya tebak-tebakan. Tapi, bahaya sekali, teman-teman.
Ate tampil seperti biasanya. Julid tak ada ampun. Ate berkilah soal beberapa pekerjaan yang ia lakukan bersama Patra Gumala di sebuah televisi. Keseluruhan acara itu berhubungan langsung dengan aparat keamanan. Ia merasa kini bekingannya sudah cukup kuat kalau-kalau harus berhubungan dengan sesuatu yang tidak baik.
Membahas sebuah daerah tempat tinggal, adalah hal terdekat untuk seorang komika. Tapi, Andis menyuguhkan sesuatu yang berbeda dari daerahnya, Rangkasbitung. Ia membredel keseluruhan daerah itu mulai dari Bupati sampai beberapa konflik yang terjadi di sana. Andis membongkar rahasia penting di luar urusan Rangkasbitung. Ia sering mendapat pesan dari sesama jenis.
Penampilan pamungkas ditutup oleh Popon Kerok. Ia jadi satusatunya komika yang diiringi yel-yel macam pertandingan sepak bola. Sebagai penutup, Popon mengulas seluruh komik yang tampil pada hari itu. Popon juga mengulas acara Jambore Standupindo 2022, karena ia bertemu dengan sosok yang begitu spesial.
o
Seluruh penonton puas atas apa yang diselenggerakan Comika atas gagasan Patra. Rasanya, pertunjukan ini harus ada lagi. Tapi, kabarnya sih akan ada video digital download-nya. Gimana, mau show 2 atau digital download?