Begini Dosa Begitu Dosa, Ajang Pameran Sisi Manusiawi Mohammed Sabeq
Homecoming mungkin jadi kata yang tepat untuk mendeskripsikan perjalanan Mohammed Sabeq dalam tur Begini Dosa Begitu Dosa, setidaknya jika dinilai dari tiga kota pembuka; Bone, Bali, dan Malang. Bone adalah kampung halaman Sabeq, Bali jadi tempat ia berdomisili kini, dan Malang merupakan kota yang mempertemukan dirinya dengan seni stand-up comedy.
Sebelum memasuki pembahasan tentang pertunjukan inti, ada beberapa hal menarik yang layak disorot dari gelaran Begini Dosa Begitu Dosa.
Pertama, dari sisi rangkaian acara, Mohammed Sabeq konsisten untuk tak hanya menyajikan pertunjukan stand-up comedy sebagai menu tunggal. Dalam Syiar Tawa Finale yang digelar di Malang pada 2018 silam, Sabeq menggandeng kolektif seni dan sastra untuk berlapak di venue acaranya. Sedangkan tur Begini Dosa Begitu Dosa juga merupakan ajang promosi buku terbaru karyanya yang bertajuk sama dengan pertunjukan stand-up comedy tersebut.
Jadi, setiap kota yang dikunjungi Sabeq dalam Begini Dosa Begitu Dosa akan selalu dapat tiga mata acara; bedah buku, workshop menulis, dan–tentu saja–pertunjukan stand-up comedy.
Hal menarik kedua dari tur Begini Dosa Begitu Dosa adalah keberagaman venue acara. Dari tiga kota pertama saja, Sabeq sudah merasakan tampil di dalam studio bioskop, mini teater, dan sebuah coffee shop semi outdoor yang terletak rooftop hotel syariah. Deskripsi terakhir merupakan gambaran venue Begini Dosa Begitu Dosa di Kota Malang, 3 September 2022 lalu, yang menjadi dasar penulisan ulasan ini.
Sebelumnya, rooftop mungkin masih dikategorikan sebagai venue yang menyeramkan untuk ber-stand-up comedy. Namun kehadiran Keadaan Kahar, pertunjukan spesial milik Pandji Pragiwaksono, mengubah pandangan itu. Melawak di ketinggian dengan langit karya percetakan Tuhan YME sebagai backdrop-nya jadi obsesi baru untuk beberapa komika, salah satunya adalah Mohammed Sabeq. Ia langsung menyetujui ketika Kondimen, rekanan Standupindo Malang dalam menggelar Begini Dosa Begitu Dosa, menawarkan Pesenkopi+ sebagai venue.
Saat pertama kali datang ke venue pada sore hari di penghujung sesi workshop menulis fiksi, saya merasakan suasana unik. Sebab Pesenkopi+ tak terasa seperti sebuah coffee shop yang disiapkan untuk pertunjukan dalam bentuk apapun. Walau tersedia panggung, sound system, dan kanopi di area sekitar panggung, namun atmosfernya memang terasa lebih cocok untuk duduk-duduk, ngobrol santai, atau foto-foto.
Selain itu, walaupun judulnya rooftop, namun venue acara sebenarnya nggak berada di top-top banget. Dibandingkan Keadaan Kahar, Begini Dosa Begitu Dosa Malang digelar di lokasi yang berselisih 51 lantai lebih rendah. Suara mesin kendaraan, klakson, dan sirine ambulans masih sayup-sayup terdengar dari lokasi tersebut. Membludaknya pengunjung kafe umum–yang tidak tahu jika lokasi tersebut akan digunakan untuk acara stand-up comedy beberapa jam kemudian–menambah tantangan, tak hanya untuk Mohammed Sabeq., namun juga panitia penyelenggara.
Pada akhirnya, masalah-masalah itu cuma menjadi ganjalan kecil pra-acara yang nggak menodai sajian utamanya. Keriuhan di jalan raya jadi ambience yang nggak mencuri ruang dengar para penonton. Pengunjung umum pun berhasil ‘diusir’, digantikan dengan para pembeli tiket yang memang berniat datang untuk menikmati karya Mohammed Sabeq.
Beberapa pengunjung umum bahkan berhasil dirayu untuk membeli tiket on the spot, walaupun nggak diketahui motivasinya, apakah karena penasaran dengan siapa Mohammed Sabeq yang telah memotong waktu ngopi-ngopi senjanya atau ya karena masih ingin nongkrong di lokasi saja.
Kelucuan Dimulai
Acara pun dimulai pada pukul 19:30 WIB. Dimulai dengan voice over oleh Fajar Mukti yang kemudian memanggil MC tunggal malam itu, Firman Singa, untuk naik ke atas panggung. Peran Firman Singa ternyata cukup krusial, sebab tak hanya memandu di awal acara, ia juga memberi standar untuk penonton terkait hal-hal apa saja yang bakal mereka dengar sepanjang acara. Alpanya minoritas di kalangan penonton dan pembahasan soal salah satu ormas Islam paling higienis berhasil mencairkan audiens yang sempat agak beku diterpa angin Malang malam hari. Luwes.
Rifqi Elmo menjadi opener pertama di malam itu. Nama komika peraih silver ticket SUCI X tersebut memang sedang hangat di skena perstendapan Kota Malang. Pembawaan materi full intonasi dan senyum sepanjang set membuat penampilan Rifqi Elmo terasa berkesan. Pengalaman punya pacar ARMY BTS dan menjadi pedagang pasar diolah sedemikian rupa dengan cara di luar nalar, salah satunya lewat impersonasi sayur mayur. Hal ini berefek pada penerimaan penonton yang terasa terbelah dua, antara sangat menikmati dan sangat bingung dengan penampilan Rifqi Elmo. Karakter.
Pentolan Comedy Sunday, Firza Valaza, jadi komika kedua yang membuka malam itu. Sempat terganggu dengan microphone yang beberapa kali mati, Firza Valaza mampu menanganinya dengan sangat cemerlang sehingga penampilannya tetap tanpa cela. Ia membuka set dengan cerita tentang bagaimana cara Mohammed Sabeq mengajaknya menjadi opener, yang ternyata mengandung ancaman. Kisah kehidupan pernikahan, menjadi pria berlibido tinggi, dan ragam pengendara motor unik di jalanan mempertegas gaya komedi Firza Valaza yang menggabungkan kecermatan observasi, pemilihan diksi yang nggak umum, dan kekuatan storytelling ala cangkrukan. Solid.
Berakhirnya penampilan Firza Valaza langsung dilanjutkan dengan penampilan Mohammed Sabeq, sang empunya acara. Set Begini Dosa Begitu Dosa dibuka dengan bit-bit yang dikategorikan sebagai ‘bit enteng-enteng aja dulu’ oleh Sabeq.
Sabeq langsung memperkenalkan dirinya sebagai seorang ayah rumah tangga dan pengasuh pondok pesantren di Bone. Ia bermain di ranah yang tak jauh dari biasanya lewat storytelling tentang umat beragama yang tetap jadi tulang punggungnya. Kisah kehidupan pesantren tetap ia tampilkan. Bahkan ada beberapa diksi serta punchline yang terasa familiar, yang ia bawa dari Syiar Tawa, namun disajikan dengan kemasan berbeda yang membuatnya tetap segar untuk ditertawakan.
Penampilan Sabeq juga dipenuhi dengan interaksi di atas panggung yang jadi respon spontannya atas beberapa gangguan kecil di venue. Salah satu impromptu Sabeq bahkan membuahkan satu punchline kearifan lokal berdasarkan sebuah video viral yang ia bawakan beberapa kali sebagai callback. Aspek interaksi di malam itu diakui Sabeq sebagai yang terbanyak sepanjang ia menjalani tur Begini Dosa Begitu Dosa. Target durasi 40 menit pun berhasil ia tarik hingga mencapai kurang lebih satu jam pertunjukan.
Pengakuan Aib
Satu hal yang paling membedakan Begini Dosa Begitu Dosa dari Syiar Tawa adalah pembawaan Sabeq yang terasa jauh lebih kasar. Ia tak segan untuk mengucap beragam sebutan untuk alat vital, hal yang sebenarnya umum untuk komika-komika lain tapi janggal untuk seorang komika sekaligus pengasuh pondok pesantren. Beragam pengakuan beraroma aib tak luput untuk Sabeq olah menjadi bit-bit yang bertebaran sepanjang set. Hal itulah yang mampu menjelaskan judul Begini Dosa Begitu Dosa secara implisit.
“Bit-bitnya kebanyakan isinya memang pengakuan-pengakuan, kayak masih suka nonton bokep padahal udah nikah, (pandangan tentang) bunuh diri itu kayaknya nggak dosa tergantung background orang tersebut,” tutur Sabeq.
“Kan memang Tuhan menutup aib kita sampai kita jadi stand-up comedian. Dibuka sendiri (aibnya),” imbuhnya.
Sabeq menutup penampilannya dengan kisah kebingungan seorang kawan soal prosedur yang harus dilakukan ayah yang anaknya baru saja lahir. Suasana dan karakter terbangun kuat dari storytelling tersebut, salah satu punchline berhasil ia tanam dengan rapi sebelum kemudian ia petik di penghujung set yang menutup pertunjukan dengan manis.
Secara keseluruhan, Begini Dosa Begitu Dosa oleh Mohammed Sabeq adalah sebuah pertunjukan yang sangat enak untuk dinikmati. Sabeq mampu menyajikan kelucuan dengan porsi yang sangat pas sehingga esensi di balik judul turnya tetap bisa ditangkap. Begini Dosa Begitu Dosa adalah sarana untuk memperkenalkan sisi manusiawi dari seorang Mohammed Sabeq. Bahwa Sabeq yang punya titel SUCI sebagai komika ternyata juga punya sisi tidak suci sebagai pemilik lembaga pendidikan agama.
Saat artikel ini ditulis, Mohammed Sabeq baru selesai melakukan tur Begini Dosa Begitu Dosa di kota kelima, Yogyakarta. Masih ada dua pertunjukan lagi yang akan dilaksanakan di Jakarta (17 September 2022) dan Bitung (24 September 2022). Video digital Begini Dosa Begitu Dosa juga sudah tersedia di Comika.id. Jangan Sampai ketinggalan keseruan Stand-up Comedy Special Show Begini Dosa Begitu Dosa!!