‘Patraiarki’ Jadi Pembuktian Diri Patra Gumala yang Tidak Patriarki
Sabtu malam (18/6), orang-orang berkerumun menunggu di depan pintu Teater Kecil Taman Ismail Marzuki. Masing-masing dari mereka adalah orang yang membuat tiket Patraiarki ludes jauh sebelum hari pertunjukan. Dan ini tentunya membuat Patra gugup sebelum beraksi di atas panggung.
Syukurnya, Patraiarki berjalan mulus dan mendapat apresiasi penuh dari kursi penonton yang padat tanpa jarak. Semua tertawa riang dan meninggalkan ruangan teater dengan suka cita membawa kenangan manis untuk jangka waktu yang cukup lama. Silakan tanya para penonton yang datang langsung tentang bit penutupnya.
Pasca penonton berswafoto dengan Patra, tim Comikamedia mencoba ke belakang panggung dengan tujuan minta pulsa token yang sudah berbunyi macam Ultraman. Tidak, dong. Kami menodongkan sejumlah pertanyaan akan Patraiarki yang dibawakan dengan mulus.
“Akhirnya gua bisa tidur dengan nyenyak lagi. Cukup lega. Karena ngga akan lagi pas mau tidur mikirin materi. Akhirnya bisa hidup normal kembali. 20 persen materi yang ada tadi tuh sebenernya belum pernah dibawa open mic. Jadi beberapa hari kemarin gua banyak bengong sambil ngebadanin gitu.” ujar Patra.
“Trigger terbesar gua bikin Patraiarki ini ada temen gua yang bilang gua ini patriarki banget orangnya karena nama anak gua ada nama guanya. Nah, di show ini gua mau nunjukin kalau gua tuh ngga patriarki. Gua malah support istri gua berkarir, gua lebih banyak ngurusin anak. Jadi, di mana patriarkinya? Kalau lu bilang begitu, berarti lu ngga sekenal dan sedekat itu sama gua.” tuturnya.
Persiapan materi untuk menggelar Patraiarki juga terbilang tidak sebentar. Show yang harusnya dihelat pada tahun 2020 namun mundur hingga 2022 menjadi waktu yang cukup lama bagi Patra mengolah materinya berulang-ulang. Ia mengakui hampir melakukan observasi sepanjang waktu sampai hari pertunjukan dilakukan.
“Banyak setlist yang berubah, banyak berita yang ngga relate juga. Akhirnya beberapa dirombak juga. Karena baru 80 persen yang gua bawa open mic, dan untungnya sih sepenglihatan gua materinya tadi kena-kena aja di penonton.” sebutnya tertawa.
Setlist sudah matang dan tersisa sedikit keraguan. Tapi itu bukan masalah besar bagi Patra Gumala yang sudah yakin dengan dirinya untuk membawakan set panjang Patraiarki ke hadapan penonton. Pemilihan Teater Kecil dan dua opener jadi sesuatu yang butuh proses yang tidak terlalu rumit untuknya.
“Gua udah pernah bikin spesial sebelumnya. Waktu itu di Ketawa Comedy Club dengan penonton sekitar 50 orang. Nah, gua mikir kayanya harus ditambah lagi nih di angka 200. Gua kan pernah jadi openernya Kukuh di sini, dan gua langsung keinget venue ini. Pun pilihan pertama gua ya Teater Kecil.” aku Patra.
“Kalau Rio dan Andri jadi opener kan mereka juga dari Dua Anak Cukup. Mereka juga mengajukan diri. Toh udah kenal juga, udah deket juga sama mereka. Ngga pakai seleksi-seleksi, ya udah ngikut. Kita hampir satu genre juga kan, rata-rata bahas keluarga, jadi benang merahnya masih dapet.” pungkas Patra.
Pesan besar Patraiarki yang dibawa Patra Gumala dalam pertunjukan spesialnya itu adalah ia tidak sepatriarki yang dilihat lewat kacamata orang lain. Setidaknya, Patra meluruskan apa yang tak dirasakan orang lain dalam dirinya. “Gua cuma percaya, gender itu ngga bisa di-equality, tapi human rights bisa di-equality. Sama mau kasih tahu kalau gua bukan bapak yang sempurna.” tambahnya bisa jadi quotes untuk TikTok jedag-jedug.
Patra Gumala juga berpesan bagi mereka yang tidak datang langsung ke Teater Kecil. Mereka yang tidak beli digital download akan menyesal. Wabil khusus untuk mereka yang akan menikah. Apalagi mereka yang punya rasa tersinggung yang tinggi terhadap perempuan dan isu-isu di belakangnya. Jadi, yakin kamu mau melewatkan digital download-nya begitu saja?